Thales dari Miletus [astronom dan ahli matematika] adalah orang yang pertama di Eropa yang diketahui
telah berpaling dari mitologi dan menggunakan pengamatan untuk memahami dunia
secara nyata. Dia secara efektif menemukan ilmu empiris dan sejak saat itu dikenal
sebagai pendiri filsafat barat.
Thales lahir di Miletus yang merupakan kota yang makmur di
pantai Turki- modern pada abad ke-7 SM. Tidak banyak diketahui tentang
kehidupannya dan apa yang diketahui tentangnya yang berasal dari tulisan para filsuf
yunani kuno berabad-abad kemudian, seperti Aristoteles, Herodotus (sejarawan)
dan Diogenes Laertius (penulis biografi filsuf Yunani abad ke-3). Tidak ada
catatan tentang karya atau tulisan Thales yang masih ada. Namun, menurut
beberapa sumber materi yang tersedia, Thales adalah generasi pertama dari para
pemikir baru yang membangun pendekatan ilmiah dan rasional untuk menjelaskan
dunia secara nyata.
Selama masa hidupnya Thales, Takhayul dan ketakutan para dewa
mendominasi peradaban barat – peristiwa bencana dianggap berasal dari murka
para dewa yang harus ditenangkan. Thales mencara penjelasan rasional daripada
salah satu kepercayaan pada fenomena alam. Dia percaya bahwa seperti gagal
panen atau banjir disebabkan dari penyebab alami yang dapat diidentifikasi melalui
pengamatan dan kesimpulan. Lebih lanjut, dia percaya bahwa jika peristiwa dapat
dijelaskan dan dipahami secara rasional, maka hal tersebut juga dapat
diprediksi. Pendekatan terhadap kehidupan ini menandai perubahan signifikan
dalam pemikiran manusia.
Air sebagai prinsip dasar segala sesuatu ( Thales dari Miletus ) |
Lompatan dasar lainnya yang dibuat Thales adalah
mempertanyakan sifat alam semesta dan apa yang membentuk materi. Dia percaya
bahwa harus ada zat tunggal, dari mana segala sesuatu di alam semesta berasal.
Thales beralasan bahwa air adalah kandidat yang paling mungkin karena sangat
penting untuk semua kehidupan, mampu bergerak (mengalir), dan ada dalam
berbagai bentuk (padat, cair, gas). Dia menyimpulkan bahwa zat yang dimaksud
harus berupa air. Dia juga mempertanyakan posisi bumi di alam semesta dan membuat
proposisi kosmologis bahwa itu harus ada sebagai piringan pipih yang mengapung
di atas air. Teorinya didasarkan pada logika bahwa setiap massa daratan
dikelilingi oleh air (lautan) dan hewan, tumbuhan dan bumi itu sendiri semuanya
menyerap air. Arti penting dari kedua teorema ini tidak terletak pada
kesimpulan Thales, yang tidak benar, tetapi dalam keinginannya untuk
mempertanyakan dunia dan menjelaskannya secara rasional.
Penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan oleh Thales dipuji
karena pengetahuannya tentang matematika dan geometri. Dalam sebuah contoh yang
dikutip oleh Herodotus, dia menghitung ketinggian sebuah piramida mesir dengan
mengukur panjang bayangannya sendiri dan piramida pada saat yang sama, kemudian
menerapkan rasio yang dia temukan antara panjang bayangannya dan tingginya
dengan bayangan pyramid itu.
Thales juga menggunakan prinsip-prinsip geometris untuk
menentukan jarak kapal dari pantai. Salah satu yang paling mengesankan tetapi
kontroversial, seperti yang dikatakan oleh Herodotus bahwa dia telah
memprediksi dengan tepat gerhana matahari total yang terjadi pada 28 Maret 585
SM. Prediksi ini telah diperbaiki oleh Thales untuk mengindentifikasi siklus 18
tahun dalam pergerakan matahari dan bulan (siklus Saros), yang mana banyak
orang percaya meragukan akan pernyataan Herodotus.
Orang pertama dalam masyarakat barat yang tercatat memiliki
pemikiran rasional dan ilmiah, Thales menginspirasi orang lain untuk mengikuti
pendekatannya melalui pikiran pertanyaannya dan penerapan penalaran
desuktifnya, dia memprakarsai gelombang pemikiran baru, ajarannya memicu
perdebatan dan kontra-teorema, dan membentuk asal usul pemikiran ilmiah modern.
Sumber : Scientists who Changed History by DK Publishing
No comments:
Post a Comment